UAS PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI
Nama : Fajar Zain Nur’aziez
NIM : 1164020051
Kelas : KPI 2 B
UAS : Pengantar Ilmu Komunikasi
Jawaban!
1. Menurut
saya pribadi, media sosial dan blog tidak termasuk ke dalam bentuk komunikasi
massa jika dilihat dari karakteristik dari komunikasi massa. Karena komunikasi
massa memiliki karakteristik yang tidak dimilikki oleh media sosial dan blog.
Apa yang saya pahami dari karakteristik bentuk komunikasi massa itu:
·
Publisitas. Disebarluaskan kepada publik,
khalayak, atau orang banyak.
Mungkin
media sosial dan blog juga dikirim atau diposting di media itu sendiri, tapi
itu tidak berarti disiarkan kepada orang banyak, karena hanya orang-orang yang
membaca apa yang si komunikator tulis atau kebetulan mencari apa yang
komunikator tulis atau posting saja yang bisa mendapatkan informasi dari apa
yang terposting di media sosial atau blog tersebut.
·
Universalitas. Pesannya bersifat umum, tentang
segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut
kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat
umum).
Seperti yang tertulis di atas, bahwa komunikasi massa itu menyangkut
kepentingan umum. Sedangkan apa yang biasanya diposting di media sosial atau
blog lebih mengacu kepada hasrat dan kepentingan pribadi si komunikator.
Terserah dia mau mengirim apa, entah itu sesuatu yang bermanfaat atau tidak,
semuanya bebas terserah dari keinginan si komunikator.
·
Periodisitas. Tetap atau berkala, misalnya
harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
Sedangkan konten atau postingan di media sosial
dan blog itu tidak terikat pada periode waktu. Si komunikator bebas mau
mengirim apapun dan di waktu kapanpun yang ia mau. Tak terikat dengan waktu.
·
Kontinuitas. Berkesinambungan atau
terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
Sama halnya dengan media sosial dan blog yang tak terikat dengan waktu,
media sosial dan blog juga bebas dan tak harus selalu berkesinambungan atau
terjadwalkan. Semua tergantung keinginan si komunikator.
·
Aktualitas. Berisi hal-hal baru, seperti
informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas
juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Media sosial dan blog juga tidak harus bersifat aktual, si komunikator berhak
dan bebas mau menulis apapun atau memposting tentang sesuatu, entah suatu hal
yang baru atau hal yang lama, sesuatu yang sedang trend atau sesuatu yang sudah
jarang dibahas.
Terlebih lagi perbedaan yang paling mencoloknya adalah, media sosial dan
blog itu tidak terlembagakan, apa yang ditulis atau diposting oleh
komunikatornya juga terkadang bersifat subjektif tidak objektif, Sumber
anonim, fakta yang lemah, tanpa proses check and recheck. Jika dibandingkan
dengan sesuatu yang mirip seperti koran online pun, platform media yang
digunakan media massa online dan media sosial yaitu jaringan internet mungkin
sama. Tapi, cara, karakter, dan metode penyampaian informasi berbeda jauh.
2.
Interaksi-interaksi dengan teman saya
yang berbeda budaya di antaranya adalah:
·
Salah satu hobi saya adalah menggambar
dan di uin saya mempunyai seorang teman yang berasal dari manado, saat dia
melihat apa yang saya gambar, ia berkomentar dengan berkata “gaga”, jelas saya
tidak mengerti apa yang dia maksud itu apa, dalam benak saya mungkin kata
“gaga” itu berarti bahasa slank dari “Tidak atau Engga”, saya bertanya dan dia
menjelaskan bahwa kata ”gaga” yang ia gunakan berasal dari bahasa manado yang
artinya “bagus”.
·
Lain dengan teman saya yang bersuku
melayu, ketika dia ingin mencuci pakaian dia menggunakan kata “kain” sebagai
pengganti kata “pakaian”. Tadinya saya pikir ketika dia ingin mencuci kain,
berarti dia memang mau mencuci kain atau selembar kain. Saya salah karena
”kain” yang dia maksud ternyata adalah “pakaian”.
·
Satu lagi kesalahan komunikasi adalah
ketika saya membicarakan buah gedang dengan teman saya yang berasal dari jawa,
menurut mereka buah gedang adalah buah pisang, sedangkan menurut saya yang
orang sunda, buah gedang adalah buah pepaya.
3. Sebelum cerita ini dimulai,
terlebih dahulu saya akan mengganti gaya bahasa dari yang terkesan formal ke
arah yang lebih santai...
Fajar Zain Nur’aziez adalah nama lengkap sekaligus nama asliku, karena
selain nama itu aku sendiri biasa dipanggil dengan beberapa nama yang lain.
Orang tuaku biasa memanggilku Aziz, teman-temanku memanggilku Fajar, Sahabat
dan orang-orang terdekatku biasa menyebutku Azay, dan nama penaku sendiri
adalah M Fariz a-Ayyubi. Itu nama-nama yang cukup unik hanya untuk satu orang
yang sama, bukan begitu? Yah, tapi itu tidak terlalu penting untuk dibahas sih.
Aku adalah seorang pemuda yang terlahir di kota Ciamis 19 tahun yang lalu
di tanggal 20 Agustus. Visiku saat ini adalah bisa meraih semua cita-citaku
sebisa mungkin dengan kemampuan dan usahaku sendiri tanpa perlu bergantung kepada
orang lain dan sukses di umur 20-an. Motto hidup yang kupegang adalah
"I know that life it's not easy...But don't be afraid, I only need to be a
stronger person to get ready". Karena hidup ini terkadang tak semulus
jalan aspal, setidaknya aku hanya perlu menjadi seperti seorang pengendara
motor cross yang sanggup melewati medan yang terbilang merepotkan, menyusahkan,
atau bagaimana pun sebuah kesulitan didefinisikan.
Jika bicara
soal potensi dan keterampilan yang kumilikki mungkin itu terletak di bidang
Akademik dan bahasa. Aku bukan termasuk orang yang sangat rajin, ya bisa
dibilang biasa-biasa saja bahkan terkadang bisa sangat malas. Meski begitu
prestasiku saat bersekolah tak terpengaruh hal itu. Aku sempat mengikuti
Kompetisi Sains Madrasah se-Kota Banjar di cabang Biologi dan dua kali duduk di
peringkat dua. Cerdas cermat, lomba tausyiah, dan lomba pidato bahasa asing
tingkat sekolah dan kota juga sudah kucicipi. Ranking saat bersekolah biasanya
berada di urutan 1, 2, atau 3. Dan sejak SLTP sampai SLTA Ranking 1 hampir
selalu kududuki. Di bidang bahasa, mungkin selain bahasa Indonesia, aku cukup
menguasai bahasa Inggris. Di samping itu, aku mencoba belajar otodidak tentang
bahasa Jepang. Ya, cukup membahas soal itu.
Bicara soal
bakat mungkin tak jauh dari hobi-hobiku. Aku memiliki banyak hobi. Menggambar,
membaca komik, membaca novel dan light novel, menonton anime, mendengarkan
musik, main catur, menulis (meski tulisan tangan terbilang tak bagus, untunglah
ada keyboard), dll. Aku sangat menyukai seni apalagi yang terkait dengan pena
dan kertas. Menggambar adalah salah satu hobiku yang paling asik. Menciptakan
sebuah karya yang indah dengan tangan sendiri memang terasa lebih memuaskan.
Jika hobiku yang satu ini bisa terus berkembang, aku sangat ingin menjadi
seorang komikus. Di antara komikus yang paling kufavoritkan adalah Masashi
Kishimoto dan Eichiro Oda dengan karya mereka Naruto dan One Piece yang sudah
mendunia dan kualitas karya yang tak perlu lagi diragukan. Untuk novel yang
kufavoritkan adalah Makoto Shinkai dengan karyanya Hoshi no Koe dan Kimi no
Nawa yang bisa menggugah hati pembacanya dengan gaya tulisan uniknya sendiri. Saat
ini pun aku sedang berusaha merampungkan novel yang kutulis sendiri. Terkait
dengan hal-hal itu biasanya aku selalu menyempatkan diri untuk melakukannya di
sela-sela waktu belajarku.
Aku memiliki
banyak sekali cita-cita. Tapi prioritas dan tujuan utamaku sekarang adalah
menjadi seorang dosen, motivator, dan seorang penulis. Dosen, karena kupikir
mengajarkan ilmu itu adalah hal yang sangat mulia, di samping itu juga termasuk
ke dalam pekerjaan yang cukup menjanjikan. Motivator adalah seorang yang bisa
membangkitkan banyak orang dari keterpurukan dan mengangkat banyak orang
kembali ke permukaan dari dasar yang gelap. Butuh lebih dari sekedar
kebijaksanaan untuk bisa meraihnya dan itulah yang kini sedang kucoba tapaki.
Dan penulis, mungkin karena banyak hal yang aku pikirkan, itulah sebabnya
banyak hal yang ingin kutulis. Menulis hal yang bisa membangkitkan berbagai macam
emosi pembaca, seperti itulah buku yang ingin kutulis.
Intinya aku
ingin menjadi pribadi yang kuat dan bermanfaat, membahagiakan dan membanggakan
kedua orang tua, dan bisa menarik semua cita-cita ke dalam realita. Ya itulah
aku.
4. Aku berasal
dari suku sunda, tapi tidak terlalu kental karena tinggal di perumahan yang di
dalamnya banyak juga orang yang berasal dari luar sunda, karena itu bahasa
sundaku sering tercampur dengan bahasa Indonesia. Suatu ketika di sebuah acara
pramuka, temanku mengajakku untuk “sibeungeut”. Awalnya aku tidak tahu apa itu
“sibeungeut” yang dia maksud. Akhirnya aku bertanya dan akhirnya tahu bahwa
“sibeungeut” dalam bahasa sunda artinya adalah mencuci muka. Hal ini juga
sering terjadi untuk kosa-kata yang jarang kudengar seperti “teu eucreug”,
“ngarambet”, “ngaleuang”,dll. Itu cukup memalukan mengingat aku adalah orang
sunda tapi tak begitu tahu bahasa sehari-hari orang sunda seperti itu.
5. http://kedaimotivasidaninspirasi.blogspot.co.id/#
Komentar
Posting Komentar